Rabu, 14 Desember 2011

memperkuat pijakan industri karet india diluar negeri

Permintaan Karet Turun Drastis

  • Memperkuat pijakan Industri Karet India di Luar Negeri

    India n industri Karet merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat yang memiliki satu juta kesempatan untuk mengeksplorasi. Hampir 6000 karet manufaktur unit ditetapkan di berbagai negara bangsa. Unit ini bersama-sama menghasilkan lebih dari 35.000 jenis barang karet. India produsen karet telah mengubah India menjadi eksportir terkemuka dan pemasok produk karet di seluruh dunia. Keseluruhan produk manufaktur oleh produsen India meliputi karet alam, merebut kembali karet, karbon hitam, karet sintetis, asam lemak, Bahan kimia karet, rayon, dll Produk lateks, ban mobil, tabung, belting, selang, suku cadang kendaraan bermotor, kabel dan kabel, dll adalah produk yang dibuat secara luas oleh distributor produk karet. India industri karet secara luas dibagi menjadi dua kategori, ban dan non-ban.
    Die membengkak selama ekstrusi R, r - Produk dimensi 1.  ketika melewati mati, 2.  setelah membengkak
    India adalah produsen karet terbesar ketiga dunia. Karet produk yang diproduksi oleh produsen India tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi proporsi curah dipasok dan diekspor ke negara-negara asing oleh eksportir India. Terutama, produk yang diekspor ke pasar luas negara-negara seperti Prancis, UEA, Italia, Jerman, Amerika Serikat dan Inggris. Arab Saudi, Afrika, Bangladesh dan Afghanistan adalah beberapa importir terkemuka karet yang membeli produk dari India. Ini adalah hal yang lazim namun produk karet konsumsi di negara-negara Barat telah mencapai titik jenuh. Oleh karena itu, pasar yang prospektif untuk ekspor India s secara bertahap bergeser dari negara-negara barat ke negara-negara Asia. Ini lagi menyediakan ruang besar untuk produsen karet produk India.
    Karena ini adalah industri booming, permintaan yang tidak pernah bisa menghadapi dekadensi karena melayani sektor yang luas, hampir setiap sektor, termasuk rekayasa, penerbangan, aeronautika, farmasi, pabrik baja, kereta api dan transportasi pertanian, pertambangan, tekstil, dll industri karet India merupakan sektor inti yang memainkan peran penting dalam perekonomian India dengan omset sebesar USD 8 miliar. Industri ini menyumbang USD 1,6 miliar kepada Menteri Keuangan Nasional melalui pajak, bea dan pungutan lain yang serupa. Industri ini memiliki beberapa keuntungan yang sangat berkontribusi terhadap intensifikasi nya, ini adalah;
    Your Ad Here
    Sektor perkebunan bahan baku dasar yang luas tersedia dalam kelimpahan Pernah meningkatkan pasar domestik Menjadi hub mobil besar, India menghasilkan permintaan besar untuk barang-barang karet, termasuk ban Ketersediaan Pelatihan tenaga kerja murah yang disediakan oleh lembaga teknis On-akan reformasi ekonomi Meningkatkan gaya hidup massa Dalam terakhir tahun, industri karet India telah mengalami pertumbuhan 8%, sehingga memberikan lebih banyak kesempatan untuk pemula untuk mendapatkan mata pencaharian mereka melalui industri dan peluang penguatan bagi mereka yang sudah ada di dalamnya. Yang kuat tenaga teknis terlatih india s telah menyebabkan India untuk menjadi pemain terpuji terkemuka di dunia. Juga, banyak lembaga pendidikan, pelatihan dan pengujian, dengan cara lain, membantu industri untuk berkembang lebih lanjut. Sementara India adalah konsumen terbesar keempat dari karet, negara ini juga merupakan tujuan yang lebih disukai untuk beberapa perusahaan karet terbesar sebagai konsekuensi dari investasi langsung atau teknis tie-up.
    Source: http://id.hicow.com/india/k
JAKARTA, (PRLM).- Krisis Eropa mulai berdampak terhadap produk pertanian Indonesia. Harga karet misalnya, turun akibat permintaan dari sejumlah negara Eropa maupun nengara lainnya turun. Demikian juga permintaan minyak sawit mentah (CPO-Crude Palm Oil), meski harganya belum ikut turun.
“Akibat permintaan tidak ada atau turun drastis, harga karet di pasar dunia saat ini turun menjadi kisaran 3,3 - 3,4 dolar AS per kilogram, dari sebelumnya rata-rata 3,5 dolar AS per kilogram. Akibatnya, banyak petani atau bandar karet yang menahan karetnya, mengharap harganya naik kembali, sehingga di tingkat petani menjadi Rp 20.000 per kilogram. Tetapi, harga tidak akan naik selama krisis Eropa berlangsung, meskipun mungkin harganya tidak akan anjlok hingga di bawah 3,0 dolar AS per kilogram,” kata Ketua Umum Dewan Karet Indonesia, A.Aziz Pane dalam perbincangan dengan “PRLM”, di Jakarta, Kamis (8/12).
Menurut Aziz, akibat permintaan karet yang turun drastis itu, pihaknya mengusulkan agar dilakukan moratorium (penghentian) ekspor karet, jika harganya berada di bawah 3,0 dolar AS per kilogram. “Tetapi, sampai sekarang tidak mungkin di bawah 3,0 dolar AS per kilogram. Kami tidak mau harga di bawah itu dan jika sudah mengarah di bawah 3,0 dolar AS per kilogram, ya menghentikan ekspor,” katanya.
Harga karet di tingkat petani sempat mencapai Rp 6.000 - Rp 8.000 per kilogram akibat krisis Eropa. Bahkan sempat Rp 5.000 per kilogram. Tetapi, saat ini berangsur naik lagi hinga mencapai harga Rp 10.000-Rp 11.000 per kilogram. “Ia di tingkat pengumpul, toke (pengumpul) membeli kisaran satu dolar delapan sen sampai dua dolar tigapuluh sent. Sedangkan biaya produksi rata-rata satu dolar lima sen,” katanya.
Turunnya harga karet tahun ini merupakan kedua kalinya. Pertama terjadi awal tahun, akibat tsunami melanda Jepang, dan mengakibatkan sejumlah pabrik ban tutup. “Tetapi, penurunan harga karet akibat tsunami Jepang itu, sebentar. Sekarang akan lebih lama,” ujarnya.
Ia berharap para petani siap menghadapi harga yang berfluktuasi dan waktunya lebih panjang lagi. “Turunnya harga karet sekarang ini baru akibat tidak langsung. Yang langsung, nanti ketika krisis Eropa semakin merambah ke negara-negara lainnya. Dampak langsung itu, tergantung bagaimana dampak krisis Eropa terhadap dunia, terutama Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya,” kata Aziz Pane.
Aziz Pane mengingatkan agar para petani karet, jangan selalu mengharapkan hidup enak terus, dengan harga yang tinggi. Tetapi, ada saatnya susah. “Karena itu, petani karet juga jangan lupa kewajibannya, membayar zakat penghasilannya (zakat perdagangan). Jangan cuma mencari keuntungan terus,” katanya.
Berdasarkan data, areal perkebunan karet Indonesia tahun 2010 seluas 3,445 juta hektar. Seluas 2,934 juta hektar adalah perkebunan rakyat dan sisanya 237.000 hektar dikelola perkebunan besar nasional, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan. Tahun 2011 ini, diperkirakan terjadi penambahan areal sekitar 5.000 hektar.
Dari total areal itu, perkebunan rakyat mampu menghasilkan produk karet alam sebanyak 2,210 juta ton dan perusahaan perkebunan (BUMN) menghasilkan 252.000 ton. Dam perkebunan besar swasta diperkirakan mampu memproduksi 274.000 ton karet alam (2010) dan menjadi 276.000 ton (2011). (A-75/A-147)***

Print this post

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Technorati Style Copyright by pertanian | Template by One-4-All | Made In Indonesia