Rabu, 14 Desember 2011

pemanfaatan hasil perkebunan karet industri kondom

Pemanfaatan hasil Perkebunan Karet : Industri Kondom

Industri Kondom

Industri kondom juga termasuk pengguna bahan baku karet alam. Di Indonesia, produsen kondom terbesar adalah PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) sebagai holding company dengan perusahaan-perusahaan di bawah manajerialnya, antara lain PT Mitra Rajawali Banjaran.
Kondom merupakan alat kontrasepsi yang digunakan oleh kaum pria. Kondom biasa juga disebut “karet KB”, karena memang terbuat dari bahan lateks (karet alam). Alat kontrasepsi ini dikenal luas di Eropa, Amerika dan Asia. Di Jepang, kondom adalah alat kontrasepsi yang paling populer dan digunakan oleh 75% pasangan yang ingin membatasi kelahiran, sekaligus agar terbebas dari penyakit IMS (infeksi menular seksual) termasuk HIV. Menurut ketua BKKBN dr. Sufiri Syarif, MPA., kondom memang memiliki fungsi ganda (dual protection).
Di Indonesia sendiri kondom sudah direkomendasi sebagai salah satu alat KB yang aman dan tepercaya. Di pasaran dapat ditemukan kondom dengan berbagai merk, buatan dalam dan luar negeri. Salah satunya adalah kondom merk Artika, produksi PT Mitra Rajawali Banjaran (RNI Group). Pabriknya yang terletak di Banjaran, Bandung merupakan pabrik kondom pertama di Indonesia dan yang terbesar di Asia Tenggara. Menurut Direktur PT Mitra Rajawali Banjaran, Drs. Giri Hardiyatmo, kondom ”Artika” Banjaran diproduksi berdasarkan The International Standard JIS T-91111985m, ISO 4072-2002, ASTMD 3492-84, dan WHO Specification Male Latex Condom 2003.
Pada tahun 2007, PT Mitra Rajawali Banjaran memiliki kapasitas terpasang untuk memproduksi berbagai jenis kondom sebesar 900.000 gross. Sebanyak 50% hasil produksinya diekspor antara lain ke Afrika, Sri Lanka, Papua Nugini, Malaysia dan Rusia. Penjualan kondom tahun 2007 naik menjadi senilai Rp 16 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp7 miliar.
Tahun 2008, PT Mitra Rajawali Banjaran mengekspor seluruh produksinya, karena tidak ada pesanan dari Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Direktur PT Mitra Rajawali Banjaran, Maizal Yusuf mengatakan setiap tahunnya pihaknya memproduksi sekitar 300.000 gross kondom atau hanya 30% dari kapasitas produksi pabrik yang mencapai 900.000 gross per tahun. Tidak terpenuhinya kapasitas produksi pabrik, karena penggunaan kontrasepsi yang rendah di tengah masyarakat Indonesia sehingga pesanan sangat kecil. Pabrik yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1987 tersebut, mempunyai tiga mesin pencetak kontrasepsi kondom. Karena penggunaan yang rendah ini, maka tiga mesin pencetak kondom itu tidak berfungsi secara optimal. Rekor produksi yang pernah dicapai ketika awal tahun 1990-an, ketika pencanangan keluarga berencana saat itu tengah gencar.
Selama ini, 80% dari produksi kontrasepsi kondom yang dihasilkan, dipasarkan dalam negeri melalui pesanan BKKBN dan sisanya baru diekspor ke Dubai, Srilangka, dan Nigeria. Karena tahun 2008 tidak ada pesanan dari BKKBN, maka pihaknya mengekspor seluruh produksi kondom dengan menambah negara yang dituju, yaitu beberapa negara di Asia seperti Singapura dan Malaysia, serta Afrika. Untuk ekspor ke Singapura dan Malaysia, PT Mitra Rajawali Banjaran menargetkan setiap tahunnya mencapai 10.000 gross, serta Afrika sekitar 20.000 gross.

Print this post

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Technorati Style Copyright by pertanian | Template by One-4-All | Made In Indonesia