Rabu, 14 Desember 2011

THAILAN,RI & MALAYSIA siap bangun pasar fisik karet

Thailand, RI, & Malaysia, siap bangun pasar fisik karet

Large_karet

Berita Terkait

JAKARTA: Thailand, Indonesia dan Malaysia, yang menguasai pangsa pasar karet alami dunia hingga 70%, berencana untuk mendirikan sebuah pasar fisik regional guna menciptakan harga patokan baru atas komoditas itu.

Tjahjono Tjandra Budiarto, Ketua Komite Operasi Pasar Strategis pada International Rubber Consortium Ltd, mengatakan pasar itu akan membantu perdagangan produsen dengan harga yang lebih transparan dan dapat diandalkan. Perwakilan dari tiga negara bertemu di Bali hari ini membahas stabilisasi harga.

Harga karet telah merosot di bursa Tokyo tahun ini karena krisis utang Eropa menimbulkan kekhawatiran bahwa permintaan bisa turun. Tokyo Commodity Exchange (Tocom), bursa yang jadi patokan harga karet dunia, mengikuti perkembangan rencana tiga negara itu.

Tjandra mengatakan inisiatif tersebut akan melibatkan Bursa Komoditas & Derivatif Indonesia (BKDI), Bursa Berjangka Pertanian Thailand (AFET) dan Bursa Derivatif Malaysia (MDEX).

"Kami siap untuk memulai kontrak karet tahun depan," kata Megain Widjaja, CEO BKDI. Bulan lalu, katanya, ketiga bursa Asia Tenggara dan konsorsium bertemu di Phuket, Thailand, untuk membahas rencana tersebut.

Sementara itu, kinerja harga karet berjangka di Tokyo tahun ini menjadi yang terburuk sejak 2008, saat resesi ekonomi global mengurangi permintaan. Harga kontrak pengiriman Mei diperdagangkan pada 277,5 yen per kilogram di Tocom pukul 14.06 waktu Singapura.

Disambut baik
"Kami akan melihat lebih jauh perkembangan masalah ini," kata Fuminori Kondo, juru bicara Tocom. Menurutnya ide tersebut sudah didengar sebelumnya.

Fuminori mengatakan hal itu sangat menarik perhatian Tocom, sebagai bursa yang memperdagangkan karet, mengingat ketiga produsen menghasilkan 70% pasokan global.

Bursa Berjangka Pertanian Thailand menyambut baik rencana pasar karet itu yang menuntut studi lebih lanjut. "Inisiatif ini juga membutuhkan dukungan dari pemerintah untuk membantu menstabilkan harga," kata Kepala AFET Prasat Kesawapitak.

Dewan Karet Tripartit Internasional—yang mewakili petani dan eksportir dari Thailand, Indonesia dan Malaysia—bulan lalu mendorong anggotanya untuk membuat daftar hitam pembeli yang mangkir dari kontrak.

Dewan itu juga mengatakan dapat menahan ekspor jika diperlukan untuk membatasi pasokan dan meningkatkan harga.

"Ada keinginan dari pemerintah tiga negara untuk mendirikan sebuah pasar secepat mungkin yang akan didasarkan pada fundamen pasokan dan permintaan riil," kata Tjandra. Dia mengatakan kontrak itu paling mungkin diperdagangkan dalam denominasi dolar AS.

"Ini merupakan pasar yang dikenadlikan produsen dan itu akan membutuhkan dukungan penuh pemerintah dan komitmen dari para petani karet agar sukses," kata Megain.

CEO BKDI itu mengatakan pihaknya memiliki pasar fisik timah yang berasal dari inisiatif beberapa produsen sebagai proyek percontohan untuk pasar regional.

BKDI akan memulai perdagangan kontrak timah fisik berdenominasi dolar pada 15 Desember. Indonesia merupakan pengekspor terbesar dari logam yang digunakan untuk membuat solder.

"Setiap pasar baru akan menghadapi kesulitan dan tantangan untuk meyakinkan orang untuk perdagangan dan menggunakan harga sebagai referensi, tapi kita harus mengambil inisiatif," kata Tjandra.

Menurut Tjandra sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai. Di tengah ketidakpastian ekonomi, katanya, kita harus memiliki pasar yang kuat yang bebas dari spekulasi untuk mengurangi volatilitas harga. (Taufikul Basari/Bsi)

Print this post

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Technorati Style Copyright by pertanian | Template by One-4-All | Made In Indonesia