Rabu, 14 Desember 2011

SEJAK menekuni usaha pembibitan, Sarnyoto (59) tidak lagi terpikat menekuni profesi lain. Bahkan, ia merasa terlahir ke dunia untuk terus memproduksi benih/bibit dari segala jenis pohon dan jenis hortikultura.
Siang itu, Sarnyoto dan 12 karyawan tetapnya terlihat sibuk di penyemaian/pembenihan yang berada di Pekon Banyumas. Maklum, mereka mendapat pesanan 800 ribu bibit yang harus selesai pada awal 2012. Bibit sebanyak itu di antaranya akan dibeli Kabupaten Way Kanan sebanyak 250 ribu bibit albasia, Lampung Selatan 60 ribu kayu-kayuan, dan sisanya pemesanan individu.
Sarnyoto mengaku menjual bibit dengan harga Rp500/batang untuk jenis albasiah, bibit jabon dijual Rp1.000/batang, dan karet Rp6.000/batang.
Ke-12 karyawan tetap itu sudah bekerja selama 8 tahun dengan pembayaran Rp30 ribu/hari. "Alhamdulillah bisa membantu masyarakat sekitar dengan menjadikan karyawan tetap," kata dia.
Sarnyoto pun mengaku tidak pernah gonta-ganti karyawan, sebab kalau sering ganti justru tidak akan memahami hal teknis mengelola benih yang baik. "Jadi karyawan saya sudah ahli semua, dan tahu apa yang harus dilakukan."
Sarnyoto yang memulai berprofesi sebagai pembuat bibit sejak 1975 di Jawa Tengah. Kemudian hijrah ke Banyumas, Pringsewu, sejak 1995. Ia terlihat sibuk memperhatikan benih yang tersusun dan tertanam dalam polybag (wadah plastik).
Lokasi pembibitan yang mencapai 3,5 ha itu terbagi dalam tiga bagian: pertama, khusus untuk pembibitan yang masih sangat kecil untuk usia 1—15 hari, kemudian pembibitan yang berusia antara 1—6 bulan dan pembibitan yang khusus untuk persiapan entris (bibit karet).
Sarnyoto yang juga menjadi unsur ketua HKTI mengatakan untuk mendapatkan benih ternyata tidak asal-asalan. Contohnya saja khusus biji albasia, ia harus membelinya ke Jawa Tengah karena kualitas di Lampung masih kurang baik.
Menurut Sarnyoto, ratusan benih yang tersemai ini akan menjadi bibit aneka jenis kayu-kayuan: albasia, sumedang, cempaka, suren, jabon, jati, dan cendana. Sedangkan untuk jenis hortikultura: durian, kakao, klengkeng, mangga, dan karet.
Di lokasi pembibitannya saat ini ada 17 jenis bibit yang diusahakannya untuk memenuhi kebutuhan baik di Lampung ataupun di luar daerah. Bahkan bibit akasia minium juga tersedia 30 ribu batang. Dari usahanya ini, Sarnyoto bisa membiayai anak-anaknuya sekolah hingga sarjana.
Membuat bibit berkualitas tidaklah mudah dan diperlukan kesabaran. Untuk memproduksi bibit berkualitas: benih harus bersertifikat dari Balai Pembenihan Tanaman Hutan (BPTH) Palembang. Kedua, lahan atau media kultur harus disesuaikan dengan kebutuhan. Media pembenihan perbandingannya tanah 30% dan pupuk kandang 70%. Perpaduan antara tanah dan pupuk kandang menjadi pemula untuk pertumbuhan benih. Kemudian benih baru bisa di masukan dalam polybag jika tanah sudah disiapkan selama 15 hari.
Kemudian biji harus dibuat kecambah sebelum dimasukkan ke polybag, setelah dimasukkan baru diberi tutup plastik guna menjaga kelembapan.
Jika bibit sudah berusia 4,5—5 bulan, bibit sudah ideal untuk ditanam. Tetapi sebelum ditanam, bibit sebelumnya harus dilakukan penggeseran selama 15 hari agar akar yang sudah tumbuh ke tanah dan putus saat digeser bisa tumbuh kembali. Penggeseran benih bertujuan agar bibit tidak stres saat dipindah.
Dengan berprofesi sebagai pembuat bibit kayu-kayuan dan hortikultura, Sarnyoto mengaku sudah dua kali mewakili Lampung di tingkat internasional dalam acara Industri Hayati Petani Perdesaan Berbasis Spiritualistas 2010 di Jepang dan pada April 2011 lalu di Jakarta. Acara yang dihadiri perwakilan 47 negara itu menjadi pengalaman yang sangat berharga dalam hidupnya.

Persiapan Entris
Sarnyoto mengaku sudah menanam bibit karet khusus persiapan entris, yang berusia sekitar satu tahun. Bibit karet yang ditanam di lahan seluas 1 ha itu merupakan karet berkualitas yang bersertifikasi BP260 dan IRR39.
Kebutuhan bibit karet kian tahun semakin tinggi, bahkan berapa pun bibit yang diproduksi terus habis.
Oleh karena itu, Sarnyoto bertekad membuat entris sendiri. Ia juga berusaha mencoba membuat kultur jaringan, yaitu usaha perbanyakan bibit karet dengan tidak mengubah genetiknya.
Saat ini pola pembuatan kultur jaringan masih dalam tahap uji coba dengan mensterilkan bibit karet melalui penutupan batang bibit karet dengan plastik selama satu bulan.
Proses perbanyakan bibit lewat kultur jaringan sangat panjang. Tetapi jika berhasil, dalam satu pohon bisa dihasilkan ribuan bahkan jutaan sel baru yang merupakan embrio benih karet baru. (WIDODO/S-2)

Share this post

 
Latest Articles

Add comment




:D:lol::-);-)8):-|:-*:oops::sad::cry::o:-?:-x:eek::zzz:P:roll::sigh:
1000 symbols left


Security code
Refresh



Print this post

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Technorati Style Copyright by pertanian | Template by One-4-All | Made In Indonesia