Rabu, 09 November 2011

DI JAMBI PRESIDEN SADAP PERDANA KARET RAKYAT


DI JAMBI PRESIDEN SADAP PERDANA KARET RAKYAT


     JAMBI - Dihari kedua kunjungan kerjanya di Jambi, Presiden RI DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono, bersama Ibu Negara Ani Yudhoyono dan beberapa orang Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan dua, (Kamis (22/9/2011), berkesempatan melakukan penyadapan perdana karet rakyat, diawali peragaan cara penyadapan oleh Gubernur Jambi Drs. H. Hasan Basri Agus, MM (HBA), milik H. Dahlan Hamid, bertempat di Desa Niaso Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, yang diikuti oleh para Menteri yang ikut hadir.
    Presiden bersama rombongan setibanya di lokasi penyadapan disambut oleh Dirut PTPN VI Jambi%u2011Sumbar, Iskandar Sulaiman, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi, Ir. Tagor Mulia Nasution, para pakar karet dan para petani yang datang dari Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi.Seusai penyadapan Presiden menyampaikan harapannya, agar harga karet tetap setabil, dengan demikian penghasilan petani akan semakin baik. Karena menurut Presiden, harga komoditi tidak selalu bisa diatasi oleh pemerintah, tetapi pemerintah selalu mencari solusi untuk mengatasinya. Berusaha membantu petani ketika harganya sedang turun, disampaikan Presiden “Saya punya pengalaman, dimana saat harga karet turun Ibu Ani selalu mendapat SMS dari berbagai daerah, yang meminta agar pemerintah bisa menaikkan harga keret dan Ibu selalu menyampaikan kepada saya, tetapi ketika harga karet naik tidak satupun yang SMS, namun selaku orang tua, dengan kenyataan ini tetap bersyukur, ketika keluarga besarnya mendapat rezeki yang halal,” jelas Presiden.
     Kepada para peneliti Presiden menyampikan terima kasihnya, “kepada para peneliti saya sampaikan terima kasihnya, karena para peneliti juga merupakan pahlawan, pahlawan dibelakang layar, yang terus berusaha mendapatkan bibit yang terbaik, termasuk untuk bibit sawit, bibit jagung, bibit pada dan bibit-bibit yang lainnya, termasuk ternak. Apa yang dilakukan para peneliti, para pengembang sangat penting, karena jika Negara ini terus maju, segaimana Negara-negara di dunia yang pertaniannya maju, maka di negeri yang sabur ini, semua yang ditanam produksinya menjadi bagus, panennya menjadi bagus, termasuk karet, maka petani kita akan semakin sejahtera,” tegas Presiden.
     Selain itu Presiden berharap kepada semua pihak yang terkait, termasuk Bupati dan Gubernur, untuk mengupayakan agar hasil perkebunan rakyat dapat meningkat. Karena perkebunan karet rakyat setiap hektar saat ini hanya dapat menghasilkan 800 kg/hektar/tahun, sedangkan perkebunan yang dikelola perusahaan bisa menghasilkan dua ton setiap hektar/tahun, kedepan bagimana perkebunan karet rakyat bisa lebih dari 800 kg/hektar/tahun, setidaknya 1000, hingga 1000 kg lebih setiap hektar/tahunnya.
     Disamping itu Presiden juga meminta agar tata niaganya juga diperbaiki, sehingga harga yang peroleh petani bisa baik. Bagi yang memproses memerlukan biaya, tetapi agar adil, adil bagi petani, adil bagi perusahaan yang memproses lebih lanjut, sehingga dengan demikian semuanya mendapat keuntungan yang lebih baik.Lebih dari itu, disampikan Presiden, bahwa perkebunan karet di Jambi seperlima dari luas perkebunan karet nasional atau 600 ribu hektar lebih, dari 3,4 juta hektar perkebunan karet di Indonesia. Sehubungan dengan itu Presiden minta kepada Gubernur dan Bupati/Walikota, agar memperhatikan industri pengolahan karet di Jambi, jangan sampai kurang, karena ini dapat merugikan petani. Agar ini ditata dengan baik. Kalau saat ini ada 11 dan masih mungkin ditambah tiga lagi, ini agar diperhatikan, dengan demikian akan menjadi lebih baik, harap Presiden. Presiden juga berjanji melalui Menteri Pertanian akan menambah anggaran bidang perkebunan karet, khsusnya untuk Provinsi Jambi.
     Sementara itu H. Dahlan Hamid, pemilik kebun yang disadap pada kesempatan ini mengarapkan agar pemerintah bisa menyetabilkan harga karetnya, hal ini sudah dijawab Presiden, sebelum hal ini disamapikannya. Disamping itu H. Dahlan, menyampaikan terima kasihnya kepada Kepala Negara yang telah bersedia melakukan penyadapan perdana kebun karetnya dan menurutnya, baru Presiden yang mau melakukan penyadapan karet rakyatnya. Kemudian pada kesempatan ini H. Hamid juga mengharapkan adanya bantuan pemerintah, karena saat ini saat mengolah lahan tidak lagi dibakar, sebagaimana yang diharapkan pemerintah, tetapi permasalahannya petani saat ini tidak dapat menanam palawija hingga menjelang karetnya bisa disadap, karena tanahnya tidak subur, jika dibakar tanah subur dan bisa menanam palawija sebagai pengahasilan tambahan, sebelumnya kalau dibakar tanah subur sehingga ketika menanam palawija akan tumbuh subur, ujarnya.
     Sehubungan dengan itu, Presiden meminta kepada Menteri Pertanian dan pihak-pihak terkait untuk bisa memikirkannya solusinya, termasuk kepada para ahli, sistim tanaman tumpang sari ini, dan Presiden minta agar dilaporkan hasilnya.Sebelum melakukan penyadapan, Presiden mendapatkan penjelasan dari Dirut PTP VI, dijelaskan Iskandar Sulaiman, yang memiliki wilayah kerja dua Provinsi, yakni Provinsi Jambi dan Sumatra Barat, dengan luas areal yang dikelola 100 ribu hektar, terdiri dari komoditi kelapa sawit, karet dan the, 70 persen merupakan perkebunan plasma, jadi yang miliuk PTP VI hanya 30 persen.
     PTP VI mendapat izin dari Menteri Kehutanan untuk mengelola hutan tanaman industri (HTI) karet, yang saat ini sedang dalam proses penanaman. Menurut Dirut PTP VI, HTI mempunyai tiga keunggulan; sebagai konserpasi hutan yang rusak, pohon karet dapat menyerap CO2 dan mengeluarkan O2, sama sejajar dengan yang dihasilkan hutan alam. Disamping mendorong pertumbuhan perekonomian, dimana dari pohon kayu karet dapat menghasilkan devisa yang cukup besar, demikian juga dengan latek (getah) yang dihasilkan, saat ini harga karet dunia mencaapai 4,6 dolar Amirika per kilonya.Sedangkan DR. Teguh mewakili 15 orang Doktor peneliti, termasuk peneliti karet yang hadir pada kesempatan ini menjelaskan, ada dua yang dijelaskan, bahwa bibit yang diperlihatkan kepada Presiden, merupakan bibit hasil persiolangan  hasil penelitian yang dilakukan selama 15 tahun, yang menghasilkan bibit unggul Indonesia Rabber Riset (IRR) 118, jenis ini yang disebarkan kepada masyarakat pekebun.
    Dari hasil persilangan minimal dapat menghasilkan kayu 300 M kubik setelah berusia 25 tahun, disamping lateknya, harga karet basah di petani saat ini mencapai Rp19.000,-/kg. sedangkan harga eksport Rp40 ribu/kg, setelah diolah.Kepala Dinas Perkebunan Provinsi pada kesempatan ini menyampaikan, bahwa kebun karet milik H. Dahlan Hamid yang dilakukan penyaadapan perdananya hari ini, berusia merupakan karet unggul dengan klon PB260, merupakan jenis karet yang cukup tahan dengan kondisi cuaca yang sangat ektrim, hasil lateknya banyak dan kayunya bagus untuk Forniture, dan untuk bahan-bahan bangunan lainnya. Sehingga sangat diminati oleh petani di Jambi.
     Sebagaimana diketahui, dalam upaya mensejahterakan masyarakat Jambi, Gubernur Jambi Drs. H. Hasan Basri Agus, MM (HBA) bersama Wakil Gubernur Jambi Drs. H. Fachrori Umar, M. Hum, dalam Visinya membangun Provinsi Jambi lima tahun kedepan telah mencanangkan Jambi EMAS (Ekonomi Maju, Aman, Adil dan Sejahtera) tahun 2015.Visi ini dituangkan dalam lima program prioritas pembangunan Provinsi Jambi, yang terdiri dari peningkatan infrastruktur wilayah dan energi, pendidikan dan kesehatan serta sosial budaya, pengembangan ekonomi rakyat, investasi dan kepariwisataan, ketahanan pangan dan sumber daya alam serta lingkungan hidup dan penataan tata pemerintahan yang baik.
    Karenanya pada satu kesempatan menyampaikan, bahwa Gubernur akan berusaha untuk mendapatkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), pada kunjungan kerja Presiden RI ke Jambi 21-23 September 2011, untuk membantu mengembangkan tanama karet rakyat di Provinsi Jambi. Karena Jambi adalah salah satu daerah penghasil karet. (Sunarto / Sukirno).
Sumber : Biro Humas dan Protokol ( 22/09 )
Share on Twitter Share on FB



Print this post

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Technorati Style Copyright by pertanian | Template by One-4-All | Made In Indonesia