Sabtu, 22 Oktober 2011

Thailand serius Bangun pengolehan karet


Duta Besar Thailand untuk Indonesia Thanatip Upatising sedang diwawancarai oleh reporter NBC, Kamis (15/9/2011). | Foto: Iman Jaya Lase
NBC — Bisa dikatakan, kedatangan rombongan Duta Besar Thailand untuk Indonesia Thanatip Upatising di Pulau Nias, 13-15 September 2011, sedikit membawa harapan, meskipun mereka harus kembali lagi datang ke Nias di waktu yang akan datang guna mewujudkan kerja sama tersebut, antara lain membangun pabrik karet di Nias serta membina petani karet di Nias.
Semua tentu bergantung pada respons positif dari pemerintah daerah di Pulau Nias untuk segera membenahi berbagai infrastruktur sehingga kerja sama tersebut bisa diwujudkan. Di samping itu pola pertanian karet di Nias juga harus segera diubah, antara lain dengan penggunaan bibit yang baik dan juga cara penyadapan yang benar.
Seperti diketahui, kedatangan Thanatip Upatising ke Nias disertai oleh pengusaha karet dari Sri Trang Argo Industry Ltd, eksportir karet terbesar di Thailand, yang juga memiliki pabrik karet di Palembang. Pembicaraan dengan pemerintah setempat, seperti dikemukakan Martinus Lase, Wali Kota Gunungsitoli, beberapa waktu lalu kepada NBC, bahwa pemerintah daerah di Nias akan menyiapkan lahan seluas 2.000 hektar untuk perkebunan karet dan 35 hektar 35 hektar.
Namun, kebijakan ini tentu harus dipertimbangkan apakah menguntungkan warga petani karet di Nias. Sebab, bagi Thanatip Upatising, yang begitu familiar dengan karet, pola sekarang tidak harus diubah, tetapi yang perlu dilakukan adalah peremajaan karet. Hal lain adalah perlu adanya pengiriman petani dan pemerintah setempat datang ke Thailand untuk melihat secara langsung bagaimana pengolahan karet di Thailand mulai dari pembibitan sampai pengolahan akhirnya.
Bertempat di Pelabuhan Gunungsitoli, secara eksklusif, reporter NBC Ketjel Zagötö, mendapatkan kesempatan mewawancarai Duta Besar Thailand untuk Indonesia  itu seputar hasil kunjungannya ke Nias.
Bagaimana pemerintah Thailand melihat perkembangan perekonomian di Indonesia?
Thailand dan Indonesia memiliki bentuk kerja sama bilateral di sektor pendidikan, pertanian, energi, dan industri. Indonesia memiliki potensi sebagai negara yang dilirik oleh investor dunia, untuk itulah Pemerintah Thailand mengajak sektor swasta Thailand untuk menjajaki kemungkinan kerja sama di Indonesia.
Setelah berkunjung ke berbagai tempat di Pulau Nias, bagaimana pendapat Anda terhadap potensi kepulauan Nias.
Awalnya saya tertarik untuk berkunjung ke Nias karena undangan dari UNDP Indonesia. Setelah mempelajari potensi yang bisa dikembangkan, yaitu di sektor pertanian, saya mengajak Sri Trang Argo Industry Public Company, yang bergerak dalam industri pengolahan karet. Kami yakin akan ada banyak kesempatan ke depan yang bisa kita bangun bersama karena saya sangat tersentuh oleh kearifan kepala daerah sekepulauan Nias.

Apakah sempat terlintas pembicaraan yang mengarah ke kerja sama di bidang tertentu?
Kami sangat serius dalam membangun kerja sama, khususnya di sektor pertanian dan sedang menjajaki terbangunnya pabrik pengolahan karet di Nias.

Bagaimana Anda melihat potensi pariwisata di kepulauan Nias?
Bila saya orang Nias (pariwisata Nias kalah saing dengan daerah lain, Red) maka saya akan serius mengembangkan kebun karet saya supaya meningkat produktivitasnya. Di Thailand petani karet rata-rata memiliki mobil fortuner. Jadi, semua petani karet itu kaya. Untuk itulah tujuan kami ingin membagi pengetahuan dan teknologi pengolahan karet  pada petani karet di Nias, karena 70 persen masyarakat di kepulauan Nias hidup dari karet.

Bagaimana cara kami, masyarakat Nias yang masih melakukan pola tradisional supaya dapat diterima di pasar dunia.
Setelah berdiskusi dengan beberapa masyarakat dan pemerintah daerah, perlu ada program pelatihan dan studi banding ke Thailand untuk melihat secara langsung proses pengolahan karet, mulai dari pebibitan sampai menjadi bahan setengah jadi. Yang perlu dipahami, kami tidak akan memberi ikan, tetapi kami ingin mengajari cara memancing.

Perlukah kami mengganti pola tradisional ke pola modern untuk meningkatkan hasil karet?
Tidak. Yang penting sebenarnya petani karet harus melakukan peremajaan yang terencana. Mengganti pohon karet yang sudah berusia 30 tahun dengan tanaman karet baru.
Apakah Thailand dulu juga menggunakan pola tradisional?
Ya, 20 tahun yang lalu. Petani karet di Thailand hanya satu jenis tanaman saja, yaitu karet di kebunnya. Untuk 1 hektar dapat menghasilkan karet senilai 100 dollar per hari.
Setelah melihat situasi pelabuhan beserta alat transportasi di Nias, apakah terlalu mahal cost yang dibutuhkan untuk menjangkau pasar dunia ?
Untuk menyiapkan bangunan pabrik butuh biaya tinggi karena harus mendatangkan kapal sendiri untuk mengangkut bahan pembangunan pabrik. Untuk itulah kami mengunjungi pelabuhan untuk melihat kapasitas dan kemampuan pelabuhan.
Apakah pabrik pengolahan karet yang akan di bangun di Nias akan seperti pabrik Sri Trang di Palembang?
Ya, perlu diketahui bahwa Thailand rata-rata membangun 5 pabrik tiap tahunnya. Kami ingin kita semua meraih masa depan yang lebih baik. Kami ingin membangun pabrik dengan skala besar.
Apakah Anda yakin, pabrik pengolahan karet ini nantinya akan berkembang sesuai rencana?
Awalnya tidak. Ini adalah sebuah proses yang akan terus berlanjut. Kami masih akan mengunjungi Nias secara rutin.

Butuh berapa lama bagi petani karet Nias untuk mencapai standar kualitas yang diterima?
Bagaimanapun kualitas karet petani di Nias, pabrik akan tetap membelinya. Karena kami memiliki teknologi untuk memprosesnya sesuai standar. Namun, perlu diingat, petani karet di Nias rata-rata menghasilkan karet satu wadah kecil (setengah tempurung kelapa) per hari per pohon, sedangkan di Thailand petani menghasilkan 3 kg per hari per pohon. Hasil itu dapat diperoleh karena petani karet Thailand melakukan peremajaan secara berkala dan teknik penyadapan yang benar.

Apakah akan ada kerja sama di bidang pembibitan dengan dinas terkait di Nias?
Di Thailand pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta untuk mengembangkan bibit karet yang berkualitas. Saat ini kami memiliki bibit karet yang dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah. Kami bisa menanam tanaman karet di tengah gurun sekalipun. Untuk itu kami telah mengambil sampel tanah dari Pulau Nias untuk dipelajari.
Selain itu Pemerintah Thailand bekerja sama dengan IPB untuk memberikan pelatihan bagi petani karet dan juga pelajar untuk dapat membuat kebun bibit sendiri di kampungnya.
Ada pesan untuk petani karet di Nias?
Petani karet harus memiliki keyakinan dan komitmen untuk mengembangkan kualitas karet. Segala sesuatu bisa diajarkan, segala sesuatu bisa diubah, asal mau melihat dan mau melakukannya. [KETJEL ZAGÖTÖ]

Related Posts:


Print this post

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Technorati Style Copyright by pertanian | Template by One-4-All | Made In Indonesia